CABANG KAJIAN ILMU FILSAFAT PROBLEM KEMANUSIAAN



OLEH: MUHAMAD MAHPUDIN

Pada bab ini akan dijelaskan cabang kajiaan ilmu filsafat, bahwasannya kajian filsafat terdiri dari tiga cabang:
1.      Metafisika
2.      Epistemologi
3.      Aksiologi
Ini adalah cabang besar kajian imu filsafat, yang mana setiap cabang masih memilii beberapa cabang. Metafisika misalnya mencakup didalamnya (Teologi, Kosmologi, Antropologi) Epistemologi mencakupu ddalmanya (logika, filsafat ilmu) Aksiologi mencakup didalamnya (Etika, Estetika).
            Cabang-cabang filsafat ini menunjukan variasi objek kajian filsafat sekaligus merupakan wilayah perenungan yang menarik.


A.    Metafisika
Metafisika Adalah cabang tertua dalam kajian filasafat. Umumrnya sama tuanya dengan kajian filsafat itu sendiri.kelahirannya diawali oleh suatu ketertarikan untuk mengungkap ‘misteri’ dibalik realitas ini. Sama dengan maksud istilahnya yaitu: Meta yang berarti dibalik dan Fisika yang berarti fisik dzahir, yang alam bahasa Arab dimengerti sebagai ma wara’a al-thabi’ah (apa yang ada yang dibalik yang fisik). Maka Metafisika Adalah pengetahuan spekulatif filosofis tentang realitas.
Persoalannya, pakah pengetahuan spekulatif filosofis itu merupakan ‘gamaran’ yang benar dari suatu yang ada dibalik yang fisik?
Terhadapa pertayaan ini, setidaknya ditemukan dua pandangan. Panangan pertama melihat bahwa berbagai peristiwa yang terjadi pada alam nyata ini adalah ujud belaka dari apa yang terjadi di alam yang lebih hakiki, yang tempatnya berada disana.
Pendapat kedua menytakan bahwa yang dimaksud dengan sesuatu yang dibalik yang fisik tidak lain merupakan “alam pikiran” manusia tentang suatu alam yang dianggapna sebagai”alam lain” itu. Alam lain yang seperti inilah yang disebut dengan Metafisika.
Kedu pandangan di atas memang sulit didamaikan dan tampaknya akan tetap bertaha pada pendiriannya masing-masing.  Hanya saja dalam pandangan pertama biasa disebut metafisika in the old fashion (metafisika klasik). Sedangka pandangan yang kedua disebut metafisika in the new fashion.
B.     Epistemologi
Pemikiran metafisika sejak zaman klasik hingga abad pertangahan, sebgaimana disinggung di atas, telah mendorong para filsuf Rene  Descarates untuk memikirkan “ bagaimna mnausia mendapatkan pengetahuan? Atau dengan kata lain “bagaimana cara para filsuf itu sampai pada kesinambungannya? Berapa pertnyaan inilah yang memicu persoalaan yang dinamakan Epistemologi.
Istilah Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu: Epistime, yang berarti pengetahuan, an Logos, yang berarti ilmu. Maka Epistemologi adalah Istilah ilmu tentang pengetahuan.
Secara umum kajian ini membahas tiga persoalan pokok, yaitu:
a.       Apakah sumber-sumber pengetahuan itu? Darimanakah pengetahuan yang benar itu datang dan bagaimana kita mengetahuinya?
b.      Apakah sifat dasarr pengetahuan itu? Apakah ada dunia yang yang benar-benar diluar pikiran kita? Kalau ada, apakah kita dapat mengetahuinya?
c.       Apakah ukurannya bahwa pengetahuan kita itu disebut benar?
dari tiga persoalaan pokok diataslah kemudian dikenal dengan hakiakat pengetahuan, yang tak lain merupkan jawaban atas beberapa masalah pokok diatas.
Sejak Descarates inilah kajian Epistemologi mendapa momentumnya. Filsuf ini terkenal dengan konsepnya: Cogito ergo sum (saya berfikir maka saya ada), yang mengantarkannya kepada pelopor aliran rasionalisme.[1]
Aliran ini kemudian mendapatkan reaksi dari David Hume dkk yang memperkenalkan empirisme. Empiresmi berpendapat bahwa pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengalaman lahiriah maupun penglaman batiniah.
Dua aliran ini kemudian didamikan oleh Kant dengan kritisismenya. Teori Kant ini memang berjasa besar dalam melihat dan memposisikan sarana rasio dan pengalaman dalam proses pengetahuan manusia. Meski demikian buan berarti peoblem epistemology telah berakhir, Karena masih banyka dari filsuf lain yang tertarik pada bidang ini.
Epistemologi adalah sedikit kajian dari filsafat ilmu, karena filsafat ilmu memiliki kajian yang lebih luas dbandingkan Epistemologi, dank arena filsafat ilmu merupakan perkembangan dari kajian Epistemologi. Atau dapat disebut juga bahwa kajian Epistemologi telah memperoleh maknanya yang baru, seklaigus memiiki maknanya yang luas sampai ‘garapan’ filsafat Ilmu.


C.     Aksiologi
Aksiologi adalah alah satu kajian filsafat yang menyelidiki hakaikat nilai, maknanya juga disebut teori nilai. Apa yang dimaksud “nilai” dalam  kaian Aksiologi? Nilai dalan kajian Aksiologi terdapat banyak macam-macamnya. Misalnya:
1.      Nilai Intelek
Yakni nilai yang ada karena sentuhan potensi rasio manusia.
2.      Nilai Etis atau Nilai Estetis
Yaitu nilai yang ada karena sentuhan emosi manusia. Dst.
Dalam kaian Aksiologi yang disebut nilai itu pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi dua macam.
1.      Nilai Formal
Yaitu nilai yang apada dasarnya tidak ada, menjadi ada karena dibuat oleh akal. Ia hanya tampak dalam bentuk formal dan symbol. Nilai berbentuk formal ini dapat berujud nilai diri . misalnya sebutan “bapak lurah” bagi seseorang yang mengaku jabatan lurah. Disini nilai yang diberikan pada yang berhak. Atau juga memiliki niai turunan, seperti sebutan “bu lurah” bagi seorang waita yag mejadi istri dari bapak lurah.

2.      Nilai Material
Yaitu  nilai yang benar-benar nyata dan dapat dialami, baik oleh jasmani ataupun rohani. Nilai yang dapat dialami oleh jasani, dapat berujud niai hidup, nilai nikmat, dan nilai guna. Sedang nilai ynag dialam oleh rihani, terdiri atas nilai intelek (nilai logika), nilai estetika, nilai etika dan nilai religi. Nilai-nilai material ini menunjukan susunan yang berururtan, yaitu diawali dengan nilali hidup dan diakhiri oleh nilai religi. Nilai hiduo adalah nilia dasar yang dikejar mnausia bagi kelangsungan hidupnya. Sedangkan nila religi adalah nilai utama, yaitu sesuatu yang didambakan oleh manusia untuk meuliakan didirnya.
Dalam kehidupan sehari-hari beberapa nilai ini, bias dipahami dari beberapa istilah, misalnya nilai hidup (sakit-sehat, lestari-binasa, awas-buta) dsb.

D.     Teologi
Teologi adlah cabang filsafat, yang merupakan kajian dari kajian metafisika. Sepanjang sejarah filsafat, ia cukup menyita perhatian para filsuf, terutma sejak abad pertengahan. Teologimerupakan pemikiran filosofis tentang persoalan ketuhanan. Hal Ini sesuai dengan makna dari Teologi, yaitu Theo yang berarti tuhan, dan Logi yang erarti ilmu. Jadi teologi adalha ilmu yang mempelajari hlal-hal yang dikaitkan dengan tuhan.
Dalam islam, pokok-pokok agama itu disebut denga Ushuudin. Jadi Ushuudin adalah kajian ilmu tentang ketuhanan.
Dalam kajiannya, kerangka piker yang dipakai teologi dadlah apa yang dikenal dengan ekletisasi antara agama dan filsafat. Maka jika selama ini secara sosiologis terdapat dua kelompok, yaitu kelompok fisuf murni dan kelompok agamawan. Muncullnya melahirkan tiga kelompok, yaotu teolog.
                  Filsuf murrni adlah adalah mereka yang dengan sarana akalnya mengkaji fenomen alamiah atau dikenal dengan ayat-ayat kauniah. Sedang agamawan adalah merekayang dengan kualifikasi tertentu mengkaji sumber ajaran agama, melaksanakan dan mengarjjakan agama. Sementara teolog adalah mereka yang berusaha menemukan pertemuan antara agama dan filsafat.
Munculya tiga kelompok ini, menyebabakna perseturuan dua kelompok lainnya seakan bertambah satu lagii agendanya. Bagi filsuf murni, teolog hanyalah usaha rasio manusia untuk tidak berperan secara maksimal. Sementra menurut agamawan teolog membuat nalar keagamaan kemasukan lebih banya unsur dari luar. Sedangka menurut teolog, mestinya agama itu bias di pahami dengan rasional, begitu juga rasio mestinya bias dimaksimalkan untk memahami agama.
Namun, tetap ditegaskan kembali, bahwa Teoog adalah cabang kajian filsafat, karena beberapa sifat fisafat sebagaimana teah dipahami juag, melekat pada bidang teologi ini. Lebih kuusu agi bahwa kajian teologi aalah sebuah kajian cabng dari kaian Mettafisika, maka kajian dari bebrapa kajian metafisika juga melekat pada bidang ini.
                  Sepanjang kajian filsafat kajian teologi yang paling menyedot banyak energi adalah soal “eksistensi tuhan”. Dalam kajian filsafat “eksistensi” menunjukan pada predikat sesuatu yang terkait dengan ruang dan waktu, maka sering diberi penerjamahan dengan kata “ keberadaan”.
Istilah eksistensi juga menunjuk pada adanya “penampilan”, dalam arti pemberian makna pada ruang dan waktu. Jika tidak demikian akan disebut tidak punya eksistendi atau disebut wujuduhu kaadamihi”.
                  Dalam agama Islam, tuhan merupakan Dzat yang bersifat al-mukholafatu lilhawaditsi berbeda skali dengan makhluk, ciptaan-Nya. Teologi memang merlihat pemikiran ketuhanan itu sedemikian besar mempengaruhi sikap dan prilaku manusia. Maka teologi berkepentingan memberikan penyelesaian yang bersifat teologis terhadap persoalan kemanusiaan bahkan kealaman yang dipahami sebagai akibat ulha manusia itu.

E.      Kosmologi
                  Dalam sistematika filsafat, kosmologi merupakan bagian dari kajian metafisika. Terkait dengan pokok yang dibicarakan ajian kosmologi biasa disebut dengan kajian filsafat alam. Kosmologi berasal dari kata Kosmos yang berarti aturan atau keseluruhan yang teratur. Sebagai lawan dari kata Chaos( kekacaubalauan). Maka sebenarnya kajian Kosmologi adalah pengetahuan filosofis tentang keteraturan alam.
                  Sebagai kajian dari metafiika, Kosmologi adalah melakukan penyelidikan kefilsafatan terhadap hal-hal yang selaludibahas oleh ilmu alam. Kosmologi juga melakukan penyelidikan kefilsafatan terhadap asumsi-asumsi yang dipakai oleh ilmu alam., sebagai ilmu pegetahuan tentng alam fisisk.
                  Apa yang dimaksud dengan alam itu sebenarnya? Inilah ira-kira rumusan masalah kosmologi. Untuk menjawab pertanyaan ini pertama bahwa alam adalah suatu system yang tepat. Pendapat yang lain meliat ala mini sebagai sebuah proses. Kosmsos itu bukan system tetap dan tak terhingga, tetapi suatu proses yang tak  kenal henti.
                  Perkembangan pemikiran tentang alam jelas membuat corak kosmologi juga mengalami perkemangan. Perkembagan itu berkemang secara umum dan dapat dibedakan menjadi dua. Yaitu apa yang disebut dengan kosmologi metafisika dan kosmologi empirik yang terlihat memarjianlkan osmologi metafisik. Namun dewasa ini sejarahpn mencatat bahwa ada kecendrengan dari kalangan ilmuwan untuk kmbali ke kosmologi metafisik. Kecendrunbgan ini terjadi karena penglihatan ilmuwan seniri atas kelemahan saind modern yang bertitik tumpu pada paradigma Cartesian Newtonian dengan pandangan mekanistis terhaap alam. Alam hany diliha sebagai objek da komponen-komponen yng terkait dengan relasi keluar kausal dan kering sama sekali dari makna.

F.      Antropologi
                  Berasal dari kata Yunani anthropos, yang berati mannusia. Antropolog merupakan bagian dari kajin metafisika yang membecirakan soal hakikat manusia.
                  Dalam sejarah filsafat, kajian tentanga manusia telah ada sejak filuf Socrates. Dengan melakukan perjalanan terus menerus. Hal ini juga diikuti oleh murid dan sekaligus temannya Plato, baginya manusia adalah makhluk jasmani yang kasar sekaigu makhluk rohani yang dapat bertransendesi. Meski manusia hidup dengan di dunia nyata yang serba sensible tetapi sangat dimungkinkan bias naik ke dunia ang intelegible.
                  Berbeda dengan Plato, muridnya Aristoteles menyataan bahwa mninggalkan alam nyata untuk menggapai alam ideal itu sebagai tidk mungkin. Inti manusia bukan makhluk  rokhani yang berstrasedensi, tetapi hewan yang berfikir. Manusia memilii cirri-ciiri jasmaniah seperti halnya hewan, dan satu-satunya yang membedakan manusia dengan hewan adalah kebanyakan adlah dari segi berfikirnya.
                  Pendapat Aristoteles ini, seperti tampak dalam sejarah, banyak mempengaruhi pendapat para filsuf sesudahnya, sampai zaman modern ini. Bahkan lahirnya ilmu-ilmu yang terkait dengan persoalan manusia. Bermula dari pikiran Aristoteles , pikiran sebagaimana dimaksud Aritoteles ini yang oleh filsuf modern disebut dengan a priori yaitu kesadaran umum yang merupakan bawaan manusia.
                  Kajian soal manusia yang menark juga menjadi pandangan bagi Sgmund Freud dengan teori Psikoanalisannya. Menrut Freud, inti manusia itu adalah jiwanya. Dan jiwa manusia itu terdiir dari tiga: yaitu yng disebut degan id, ego, superego. Id adalah nafsu agresif dan Libido. Id ini baru akan berwujud dan bagaimana ia tampil adalah atass peran yang dimainkan oleh ego, yaitu jiwa manusia yang bertugas member timbangan. Supergo adalah semacam seperanat kaidah atau cita-cita, yang secra bawah sadar otomatis menunujukan bagaimana potensi itu mesti tampil.





G.     LOGIKA
Logika merupakan bagian dari kajian epistemology, yaitu cabang filsafat yang membicarakan pengetahuan. Dalam proses pengetahuanitu, logika berperan pada posisi yang pertama, yaitu sebagai “jalan” ataucara yang sehat untuk memperoleh pengetahuan yang benar.Maka logika merupakan (atau setidaknya menyediakan) hokum atau peraturan formal,yang dengan melaluinya,akan diperoleh yang benar. Disebut “akan diperoleh” karena belum tentu benar-benar diperoleh. Seiring perkembangan manusia dan pengalamannya, dalam banyak hal, orang sudah melakukannya dengan benar. Disinilah yang disebut logikanatural, yaitu pola piker teratur yang tumbuh secara alami. Sedang logika sebagai ilmu –diatas dikatakan- sarana memperoleh pengetahuan yang benar disebut logika artificial atau logikasa intifika. Dalam logika,orang disebut mengetahui jika ia bias membahasakannya atau menunjukkannya dengan sarana bahasa sebagai simbolnya. Simbol minimal dari pengetahuan manusia itu adalah yang disebut dengan proposisi (al-qadyah. Yang dimaksud dengan proposisi adalah kalimat berita yang sempurna, yang mana kalimat itu mengandung “makna” benar atau salah. Jadi yang dimaksud “benar-salah” itu bukan kalimatnya, tetapi kandungannya. Lompatan berpikir itu dalam logika masuk dalam pembahasan silogisme. Yaitu berbekal proposisi yang sehat, kemudian ditentukanlah suatu kesimpulan (natijah). Maka silogisme itu terdiri dari tiga proposisi: dua proposisi pertama disebut premis (premis mayor danpremis minor) dan proposisi ketiga disebut kesimpulan (natijah).

H.     Filsafatilmu
Filsafat ilmu adalah satu bidang kajian filsafat yang akhir-akhir ini banyak diminati. Banyak kalangan yang menganggapnya sebagai bagian dari epistimologi, tetapi tidak sedikit pula yang menganggapnya sebagai epistimologi itu sendiri namun dengan maknanya yang baru. Secaraumum, Filsafat ilmu dapat dipahami dari dua sisi, yaitu sebagai disiplin ilmu dan sebagai landasan filosofis ilmu pengetahuan. Pertama, sebagai disiplin ilmu, Filsafat ilmu merupakan cabang dari ilmu filsafat, dengan demikian, juga merupakan disiplin filsafat khusus yang mempelajari bidang khusus, yaitu ilmu formalisme, naturalisme, saintisme, insrumelisme. Menurut sejarahnya, pada awalnya yang dimaksud dengan filsafat ilmu adalah filsafat sains. Namun seiring proses kelahiran ilmu-ilmu, pada kenyataannya filsafat ilmu sebagai sebuah disiplin memiliki objek kajian yang cukup luas yaitu baik natural sciences maupun social sciences sampai yang tergolong dalam ilmu humanities , termasukilmu-ilmu keagamaan dan kebahasaan .Untuk yang terakhir ini Dilthey menyebutnya dengancultural-historical-sciences. Sementara itu sebagaimana skema yang mana skema buat Jurgen Habermas, bahwa ilmu pengetahuan itu terdiri dari:ilmu-ilmu emoirisanalitis (ilmu-ilmualam, juga ilmu hukum,psikologi ),ilmu-ilmu historishemeneutis (ilmuagama, filsafat, bahasa, sastra, kebudayaan), dan ilmu-ilmu sosialkritis (ilmupolitik,ekonomi,sosiologi). Semua jenis dan kelompok ilmu-ilmu ini,menjadi objek (material)dan ‘disiplin’ filsafat ilmu. Asumsi dasar proses ilmu di identifikasi oleh filsafat ilmu menjadi beberapa aliran pemikiran, yang meliputi :rasionalisme, empirisisme, kritisme, dan intuisionisme, sementara paradigma keilmuan (dalamtradisisains) meliputi: positivisme, pospositisme, konstruktifisme, dan teorikritis (critical theory). Masing-masing paradigma tersebut bias mencakup beberapa teori, yang secara serius dibangun dan ditawarkan oleh seorang ilmuwan atau kelompok ilmuwan tertentu.

I.        Etika
Etika adalah bidang kajian filsafat yang terkait dengan persoalan nilai prilaku manusia. Dalam sistematika filsafat, ia merupakan bagian dari aksiologi, yaitu cabang filsafat yang berbicara mengenali nilai. Nilai moral adalah kualitas prilaku baik dari manusia. Maka etika adalah ilmu atau lebih tepatnya pengetahuan filosofis, dan bukan merupakan ajaran (normatif) sebagai manamoralitas atau akhlak. Terkaitan dengan ini, maka dapat kita temukan dua macam kajian etika. pertama, etika deskriptif yaitu etika yang terlibat analisis kritis tentang sikap dan prilaku manusia dan (nilai) apa yang ingin dicapai dalam hidup ini. Kedua adalah etika normatif. Dalam kehidupan sehari-hari, istilah akhlak kadang disebut dengan adab. Dalam etika, prilaku manusia dapat dibedakan dari dua sudut pandang. Yaitu: pertama, prilaku yang dilihat dari sudut tujuannya. Pembahasan mengenai prilaku demikian, dalam kajian etika dikenal dengan teleologis. Berasal dari kata telos yang berarti tujuan. Kedua, prilaku yang dilihat dari sudut prosesnya, yang  dalam kajian etika dikenal deontologis. Berasal dari kata katadeon yang berarti proses.

J.       Estesika
Estesika adalah bagian dari kajian aksiologi yang secara khusus membicarakan tentang nilai keindahan. Estesika, dengan demikian, berarti kajian kefilsafatan tentang nilai keindahan. Beberapa persoalan, seperti apa sebenarnya yang disebut “indah” itu? Dari mana sumber keindahan itu? Bagaimana ekspresi manusia tentang keindahan? Inilah beberapa persoalan estetika. Ada sebuah taman yang terlihat rindang dan sejuk. Didalamnya tumbuh beberapa tanaman yang tampak subur dan hijau. Bunga yang berwarna-warni seakan menambah pesonataman itu. Setiap orang yang yang melalui jalan di samping taman itu selalu terpesona meihatnya. Sebagian mereka ada yang sekedar menikmatinya sambil jalan, sebagian ada yang berhenti untuk sejenak refresing, bahkan ada yang sengaja mendekati dan menikmati pemandangan itu. Keindahan taman itu telah memikat hati setiap orang yang melihatnya. Tidak hanya kaum wanita, tetapi kaum pria; tidak hanya remaja, tetapi orang tua dan anak-anak juga; tidak hanya dari suku-bangsa yang sama tetapi suku-bangsa yang berbedas ekalipun; tidak hanya satu pemeluk agama, tetapi juga dari pemeluk agama yang lain. Semuannya merasakan hal yang sama:”Oh indahnya taman ini”. Maka dalam kajian estesika ditemukan beberapa aliran seni sebagai wujud ekspresi terhadap keindahan, yaitu (1) aliran naturalis, yaitu bentuk seni yang menekankan pada ekspresi alamiah; (2) aliran tradisional yaitu ekspresiseni yang menekankan pada konservasi budaya dan tradisi serta biasanya bercorak spiritualis; (3) aliran modern, yaitu ekspresi seni yang dalam banyak hal dipengaruhi oelh budaya barat, yang biasanya bercorak rasional-artifisial (4) aliran religious, yaitu bentuk seni sebagai ekspresi keagamaan, baik yang menekankan pada aspek spiritual-religiusitas maupun tradisional-salafiah. Mungkin masih banyak lagi aliran seni yang lain, bahkan aliran-aliran ini masih terbagi dalam  lagi dalam dalam beberapa aliran.

                                                                                                                                                              







[1] Rasionalisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa sumber pengetahuan yang sejati adalah akal budi rasio. Lihat: Mohammad Muslih, pengantar Ilmu Filsafat,(Ponorogo, Darusssalam University Press, 2008) hal. 40  

Related

umum 6413373566163580910

Post a Comment

Twitter Facebook

Recent

Comments

HIJRIAH




JADWAL SHOLAT


jadwal-sholat

FOLLOWERS

Contact Us

Name

Email *

Message *

item