CABANG KAJIAN ILMU FILSAFAT PROBLEM KEMANUSIAAN
https://darurrahmahsciences.blogspot.com/2013/05/cabangkajian-ilmu-filsafat.html
OLEH: MUHAMAD MAHPUDIN
Pada
bab ini akan dijelaskan cabang kajiaan ilmu filsafat, bahwasannya kajian
filsafat terdiri dari tiga cabang:
1. Metafisika
2. Epistemologi
3. Aksiologi
Ini
adalah cabang besar kajian imu filsafat, yang mana setiap cabang masih memilii
beberapa cabang. Metafisika misalnya mencakup didalamnya (Teologi, Kosmologi,
Antropologi) Epistemologi mencakupu ddalmanya (logika, filsafat ilmu) Aksiologi
mencakup didalamnya (Etika, Estetika).
Cabang-cabang filsafat ini
menunjukan variasi objek kajian filsafat sekaligus merupakan wilayah perenungan
yang menarik.
A. Metafisika
Metafisika
Adalah cabang tertua dalam kajian filasafat. Umumrnya sama tuanya dengan kajian
filsafat itu sendiri.kelahirannya diawali oleh suatu ketertarikan untuk
mengungkap ‘misteri’ dibalik realitas ini. Sama dengan maksud istilahnya yaitu:
Meta yang berarti dibalik dan Fisika yang berarti fisik dzahir, yang
alam bahasa Arab dimengerti sebagai ma
wara’a al-thabi’ah (apa yang ada yang dibalik yang fisik). Maka Metafisika
Adalah pengetahuan spekulatif filosofis tentang realitas.
Persoalannya,
pakah pengetahuan spekulatif filosofis itu merupakan ‘gamaran’ yang benar dari
suatu yang ada dibalik yang fisik?
Terhadapa
pertayaan ini, setidaknya ditemukan dua pandangan. Panangan pertama melihat
bahwa berbagai peristiwa yang terjadi pada alam nyata ini adalah ujud belaka
dari apa yang terjadi di alam yang lebih hakiki, yang tempatnya berada disana.
Pendapat
kedua menytakan bahwa yang dimaksud dengan sesuatu yang dibalik yang fisik
tidak lain merupakan “alam pikiran” manusia tentang suatu alam yang dianggapna
sebagai”alam lain” itu. Alam lain yang seperti inilah yang disebut dengan Metafisika.
Kedu
pandangan di atas memang sulit didamaikan dan tampaknya akan tetap bertaha pada
pendiriannya masing-masing. Hanya saja
dalam pandangan pertama biasa disebut metafisika in the old fashion (metafisika
klasik). Sedangka pandangan yang kedua disebut metafisika in the new fashion.
B.
Epistemologi
Pemikiran metafisika sejak zaman
klasik hingga abad pertangahan, sebgaimana disinggung di atas, telah mendorong
para filsuf Rene Descarates untuk
memikirkan “ bagaimna mnausia mendapatkan pengetahuan? Atau dengan kata lain
“bagaimana cara para filsuf itu sampai pada kesinambungannya? Berapa pertnyaan
inilah yang memicu persoalaan yang dinamakan Epistemologi.
Istilah Epistemologi berasal dari
bahasa Yunani, yaitu: Epistime, yang
berarti pengetahuan, an Logos, yang
berarti ilmu. Maka Epistemologi adalah Istilah ilmu tentang pengetahuan.
Secara umum kajian ini membahas tiga
persoalan pokok, yaitu:
a.
Apakah sumber-sumber pengetahuan itu? Darimanakah
pengetahuan yang benar itu datang dan bagaimana kita mengetahuinya?
b.
Apakah sifat dasarr pengetahuan itu? Apakah ada
dunia yang yang benar-benar diluar pikiran kita? Kalau ada, apakah kita dapat
mengetahuinya?
c.
Apakah ukurannya bahwa pengetahuan kita itu disebut
benar?
dari tiga persoalaan pokok
diataslah kemudian dikenal dengan hakiakat pengetahuan, yang tak lain merupkan
jawaban atas beberapa masalah pokok diatas.
Sejak Descarates inilah kajian
Epistemologi mendapa momentumnya. Filsuf ini terkenal dengan konsepnya: Cogito ergo sum (saya berfikir maka saya
ada), yang mengantarkannya kepada pelopor aliran rasionalisme.[1]
Aliran ini kemudian mendapatkan
reaksi dari David Hume dkk yang memperkenalkan empirisme. Empiresmi berpendapat
bahwa pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengalaman lahiriah
maupun penglaman batiniah.
Dua aliran ini kemudian didamikan
oleh Kant dengan kritisismenya. Teori Kant ini memang berjasa besar dalam
melihat dan memposisikan sarana rasio dan pengalaman dalam proses pengetahuan
manusia. Meski demikian buan berarti peoblem epistemology telah berakhir,
Karena masih banyka dari filsuf lain yang tertarik pada bidang ini.
Epistemologi adalah sedikit
kajian dari filsafat ilmu, karena filsafat ilmu memiliki kajian yang lebih luas
dbandingkan Epistemologi, dank arena filsafat ilmu merupakan perkembangan dari
kajian Epistemologi. Atau dapat disebut juga bahwa kajian Epistemologi telah
memperoleh maknanya yang baru, seklaigus memiiki maknanya yang luas sampai
‘garapan’ filsafat Ilmu.
C.
Aksiologi
Aksiologi adalah alah satu kajian
filsafat yang menyelidiki hakaikat nilai, maknanya juga disebut teori nilai.
Apa yang dimaksud “nilai” dalam kaian
Aksiologi? Nilai dalan kajian Aksiologi terdapat banyak macam-macamnya.
Misalnya:
1.
Nilai Intelek
Yakni nilai yang ada karena
sentuhan potensi rasio manusia.
2.
Nilai Etis atau Nilai Estetis
Yaitu nilai yang ada karena
sentuhan emosi manusia. Dst.
Dalam kaian Aksiologi yang
disebut nilai itu pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi dua macam.
1.
Nilai Formal
Yaitu nilai yang apada dasarnya
tidak ada, menjadi ada karena dibuat oleh akal. Ia hanya tampak dalam bentuk
formal dan symbol. Nilai berbentuk formal ini dapat berujud nilai diri . misalnya sebutan “bapak
lurah” bagi seseorang yang mengaku jabatan lurah. Disini nilai yang diberikan
pada yang berhak. Atau juga memiliki niai
turunan, seperti sebutan “bu lurah” bagi seorang waita yag mejadi istri
dari bapak lurah.
2.
Nilai Material
Yaitu nilai yang benar-benar nyata dan dapat
dialami, baik oleh jasmani ataupun rohani. Nilai yang dapat dialami oleh
jasani, dapat berujud niai hidup, nilai nikmat, dan nilai guna. Sedang nilai
ynag dialam oleh rihani, terdiri atas nilai intelek (nilai logika), nilai
estetika, nilai etika dan nilai religi. Nilai-nilai material ini menunjukan
susunan yang berururtan, yaitu diawali dengan nilali hidup dan diakhiri oleh
nilai religi. Nilai hiduo adalah nilia dasar yang dikejar mnausia bagi
kelangsungan hidupnya. Sedangkan nila religi adalah nilai utama, yaitu sesuatu
yang didambakan oleh manusia untuk meuliakan didirnya.
Dalam kehidupan sehari-hari
beberapa nilai ini, bias dipahami dari beberapa istilah, misalnya nilai hidup
(sakit-sehat, lestari-binasa, awas-buta) dsb.
D.
Teologi
Teologi adlah cabang filsafat,
yang merupakan kajian dari kajian metafisika. Sepanjang sejarah filsafat, ia
cukup menyita perhatian para filsuf, terutma sejak abad pertengahan.
Teologimerupakan pemikiran filosofis tentang persoalan ketuhanan. Hal Ini
sesuai dengan makna dari Teologi, yaitu Theo
yang berarti tuhan, dan Logi yang
erarti ilmu. Jadi teologi adalha ilmu yang mempelajari hlal-hal yang dikaitkan
dengan tuhan.
Dalam islam, pokok-pokok agama
itu disebut denga Ushuudin. Jadi Ushuudin adalah kajian ilmu tentang ketuhanan.
Dalam
kajiannya, kerangka piker yang dipakai teologi dadlah apa yang dikenal dengan
ekletisasi antara agama dan filsafat. Maka jika selama ini secara sosiologis
terdapat dua kelompok, yaitu kelompok fisuf murni dan kelompok agamawan.
Muncullnya melahirkan tiga kelompok, yaotu teolog.
Filsuf murrni adlah adalah
mereka yang dengan sarana akalnya mengkaji fenomen alamiah atau dikenal dengan
ayat-ayat kauniah. Sedang agamawan adalah merekayang dengan kualifikasi
tertentu mengkaji sumber ajaran agama, melaksanakan dan mengarjjakan agama.
Sementara teolog adalah mereka yang berusaha menemukan pertemuan antara agama
dan filsafat.
Munculya
tiga kelompok ini, menyebabakna perseturuan dua kelompok lainnya seakan
bertambah satu lagii agendanya. Bagi filsuf murni, teolog hanyalah usaha rasio
manusia untuk tidak berperan secara maksimal. Sementra menurut agamawan teolog
membuat nalar keagamaan kemasukan lebih banya unsur dari luar. Sedangka menurut
teolog, mestinya agama itu bias di pahami dengan rasional, begitu juga rasio
mestinya bias dimaksimalkan untk memahami agama.
Namun,
tetap ditegaskan kembali, bahwa Teoog adalah cabang kajian filsafat, karena beberapa
sifat fisafat sebagaimana teah dipahami juag, melekat pada bidang teologi ini.
Lebih kuusu agi bahwa kajian teologi aalah sebuah kajian cabng dari kaian
Mettafisika, maka kajian dari bebrapa kajian metafisika juga melekat pada
bidang ini.
Sepanjang kajian filsafat
kajian teologi yang paling menyedot banyak energi adalah soal “eksistensi
tuhan”. Dalam kajian filsafat “eksistensi” menunjukan pada predikat sesuatu
yang terkait dengan ruang dan waktu, maka sering diberi penerjamahan dengan
kata “ keberadaan”.
Istilah
eksistensi juga menunjuk pada adanya “penampilan”, dalam arti pemberian makna
pada ruang dan waktu. Jika tidak demikian akan disebut tidak punya eksistendi
atau disebut wujuduhu kaadamihi”.
Dalam agama Islam, tuhan
merupakan Dzat yang bersifat al-mukholafatu
lilhawaditsi berbeda skali dengan makhluk, ciptaan-Nya. Teologi memang
merlihat pemikiran ketuhanan itu sedemikian besar mempengaruhi sikap dan
prilaku manusia. Maka teologi berkepentingan memberikan penyelesaian yang
bersifat teologis terhadap persoalan kemanusiaan bahkan kealaman yang dipahami
sebagai akibat ulha manusia itu.
E.
Kosmologi
Dalam sistematika filsafat,
kosmologi merupakan bagian dari kajian metafisika. Terkait dengan pokok yang
dibicarakan ajian kosmologi biasa disebut dengan kajian filsafat alam.
Kosmologi berasal dari kata Kosmos yang
berarti aturan atau keseluruhan yang teratur. Sebagai lawan dari kata Chaos( kekacaubalauan). Maka sebenarnya
kajian Kosmologi adalah pengetahuan filosofis tentang keteraturan alam.
Sebagai kajian dari metafiika,
Kosmologi adalah melakukan penyelidikan kefilsafatan terhadap hal-hal yang
selaludibahas oleh ilmu alam. Kosmologi juga melakukan penyelidikan
kefilsafatan terhadap asumsi-asumsi yang dipakai oleh ilmu alam., sebagai ilmu
pegetahuan tentng alam fisisk.
Apa yang dimaksud dengan alam
itu sebenarnya? Inilah ira-kira rumusan masalah kosmologi. Untuk menjawab
pertanyaan ini pertama bahwa alam adalah suatu system yang tepat. Pendapat yang
lain meliat ala mini sebagai sebuah proses. Kosmsos itu bukan system tetap dan
tak terhingga, tetapi suatu proses yang tak
kenal henti.
Perkembangan pemikiran tentang
alam jelas membuat corak kosmologi juga mengalami perkemangan. Perkembagan itu
berkemang secara umum dan dapat dibedakan menjadi dua. Yaitu apa yang disebut
dengan kosmologi metafisika dan kosmologi empirik yang terlihat memarjianlkan
osmologi metafisik. Namun dewasa ini sejarahpn mencatat bahwa ada kecendrengan
dari kalangan ilmuwan untuk kmbali ke kosmologi metafisik. Kecendrunbgan ini terjadi
karena penglihatan ilmuwan seniri atas kelemahan saind modern yang bertitik
tumpu pada paradigma Cartesian Newtonian dengan pandangan mekanistis terhaap
alam. Alam hany diliha sebagai objek da komponen-komponen yng terkait dengan
relasi keluar kausal dan kering sama sekali dari makna.
F.
Antropologi
Berasal dari kata Yunani anthropos, yang berati mannusia.
Antropolog merupakan bagian dari kajin metafisika yang membecirakan soal
hakikat manusia.
Dalam sejarah filsafat, kajian
tentanga manusia telah ada sejak filuf Socrates. Dengan melakukan perjalanan
terus menerus. Hal ini juga diikuti oleh murid dan sekaligus temannya Plato,
baginya manusia adalah makhluk jasmani yang kasar sekaigu makhluk rohani yang
dapat bertransendesi. Meski manusia hidup dengan di dunia nyata yang serba
sensible tetapi sangat dimungkinkan bias naik ke dunia ang intelegible.
Berbeda dengan Plato, muridnya
Aristoteles menyataan bahwa mninggalkan alam nyata untuk menggapai alam ideal
itu sebagai tidk mungkin. Inti manusia bukan makhluk rokhani yang berstrasedensi, tetapi hewan
yang berfikir. Manusia memilii cirri-ciiri jasmaniah seperti halnya hewan, dan
satu-satunya yang membedakan manusia dengan hewan adalah kebanyakan adlah dari
segi berfikirnya.
Pendapat Aristoteles ini, seperti
tampak dalam sejarah, banyak mempengaruhi pendapat para filsuf sesudahnya,
sampai zaman modern ini. Bahkan lahirnya ilmu-ilmu yang terkait dengan
persoalan manusia. Bermula dari pikiran Aristoteles , pikiran sebagaimana
dimaksud Aritoteles ini yang oleh filsuf modern disebut dengan a priori yaitu kesadaran umum yang
merupakan bawaan manusia.
Kajian soal manusia yang
menark juga menjadi pandangan bagi Sgmund Freud dengan teori Psikoanalisannya.
Menrut Freud, inti manusia itu adalah jiwanya. Dan jiwa manusia itu terdiir
dari tiga: yaitu yng disebut degan id,
ego, superego. Id adalah nafsu
agresif dan Libido. Id ini baru
akan berwujud dan bagaimana ia tampil adalah atass peran yang dimainkan oleh ego, yaitu jiwa manusia yang bertugas
member timbangan. Supergo adalah
semacam seperanat kaidah atau cita-cita, yang secra bawah sadar otomatis
menunujukan bagaimana potensi itu mesti tampil.
G. LOGIKA
Logika merupakan bagian dari kajian
epistemology, yaitu cabang filsafat yang membicarakan pengetahuan. Dalam proses
pengetahuanitu, logika berperan pada posisi yang pertama, yaitu sebagai “jalan”
ataucara yang sehat untuk memperoleh pengetahuan yang benar.Maka logika merupakan
(atau setidaknya menyediakan) hokum atau peraturan formal,yang dengan melaluinya,akan
diperoleh yang benar. Disebut “akan diperoleh” karena belum tentu benar-benar diperoleh.
Seiring perkembangan manusia dan pengalamannya, dalam banyak hal, orang sudah melakukannya
dengan benar. Disinilah yang disebut logikanatural, yaitu pola piker teratur
yang tumbuh secara alami. Sedang logika sebagai ilmu –diatas dikatakan- sarana memperoleh
pengetahuan yang benar disebut logika artificial atau logikasa intifika.
Dalam logika,orang disebut mengetahui jika ia bias membahasakannya atau menunjukkannya
dengan sarana bahasa sebagai simbolnya. Simbol minimal dari pengetahuan manusia
itu adalah yang disebut dengan proposisi (al-qadyah. Yang dimaksud
dengan proposisi adalah kalimat berita yang sempurna, yang mana kalimat itu mengandung
“makna” benar atau salah. Jadi yang dimaksud “benar-salah” itu bukan kalimatnya,
tetapi kandungannya. Lompatan berpikir itu dalam logika masuk dalam pembahasan silogisme.
Yaitu berbekal proposisi yang sehat, kemudian ditentukanlah suatu kesimpulan
(natijah). Maka silogisme itu terdiri dari tiga proposisi: dua proposisi pertama
disebut premis (premis mayor danpremis minor) dan proposisi ketiga disebut kesimpulan
(natijah).
H. Filsafatilmu
Filsafat ilmu adalah satu bidang kajian
filsafat yang akhir-akhir ini banyak diminati. Banyak kalangan yang
menganggapnya sebagai bagian dari epistimologi, tetapi tidak sedikit pula yang
menganggapnya sebagai epistimologi itu sendiri namun dengan maknanya yang baru.
Secaraumum, Filsafat ilmu dapat dipahami dari dua sisi, yaitu sebagai disiplin ilmu
dan sebagai landasan filosofis ilmu pengetahuan. Pertama, sebagai disiplin
ilmu, Filsafat ilmu merupakan cabang dari ilmu filsafat, dengan demikian,
juga merupakan disiplin filsafat khusus yang mempelajari bidang khusus, yaitu
ilmu formalisme, naturalisme, saintisme, insrumelisme. Menurut sejarahnya, pada
awalnya yang dimaksud dengan filsafat ilmu adalah filsafat sains. Namun seiring
proses kelahiran ilmu-ilmu, pada kenyataannya filsafat ilmu sebagai sebuah disiplin
memiliki objek kajian yang cukup luas yaitu baik natural sciences maupun
social sciences sampai yang tergolong dalam ilmu humanities , termasukilmu-ilmu
keagamaan dan kebahasaan .Untuk yang terakhir ini Dilthey menyebutnya dengancultural-historical-sciences.
Sementara itu sebagaimana skema yang mana skema buat Jurgen Habermas, bahwa
ilmu pengetahuan itu terdiri dari:ilmu-ilmu emoirisanalitis (ilmu-ilmualam,
juga ilmu hukum,psikologi ),ilmu-ilmu historishemeneutis (ilmuagama, filsafat,
bahasa, sastra, kebudayaan), dan ilmu-ilmu sosialkritis
(ilmupolitik,ekonomi,sosiologi). Semua jenis dan kelompok ilmu-ilmu ini,menjadi
objek (material)dan ‘disiplin’ filsafat ilmu. Asumsi dasar proses ilmu di identifikasi
oleh filsafat ilmu menjadi beberapa aliran pemikiran, yang meliputi :rasionalisme,
empirisisme, kritisme, dan intuisionisme, sementara paradigma keilmuan (dalamtradisisains)
meliputi: positivisme, pospositisme, konstruktifisme, dan teorikritis (critical
theory). Masing-masing paradigma tersebut bias mencakup beberapa teori, yang
secara serius dibangun dan ditawarkan oleh seorang ilmuwan atau kelompok ilmuwan
tertentu.
I.
Etika
Etika adalah bidang kajian filsafat
yang terkait dengan persoalan nilai prilaku manusia. Dalam sistematika filsafat,
ia merupakan bagian dari aksiologi, yaitu cabang filsafat yang berbicara mengenali
nilai. Nilai moral adalah kualitas prilaku baik dari manusia. Maka etika adalah
ilmu atau lebih tepatnya pengetahuan filosofis, dan bukan merupakan ajaran
(normatif) sebagai manamoralitas atau akhlak. Terkaitan dengan ini, maka dapat kita
temukan dua macam kajian etika. pertama, etika deskriptif yaitu etika
yang terlibat analisis kritis tentang sikap dan prilaku manusia dan (nilai) apa
yang ingin dicapai dalam hidup ini. Kedua adalah etika normatif. Dalam kehidupan
sehari-hari, istilah akhlak kadang disebut dengan adab. Dalam etika, prilaku manusia
dapat dibedakan dari dua sudut pandang. Yaitu: pertama, prilaku yang dilihat dari
sudut tujuannya. Pembahasan mengenai prilaku demikian, dalam kajian etika dikenal
dengan teleologis. Berasal dari kata telos yang berarti tujuan. Kedua,
prilaku yang dilihat dari sudut prosesnya, yang dalam kajian etika dikenal deontologis. Berasal
dari kata katadeon yang berarti proses.
J. Estesika
Estesika adalah bagian dari kajian
aksiologi yang secara khusus membicarakan tentang nilai keindahan. Estesika, dengan
demikian, berarti kajian kefilsafatan tentang nilai keindahan. Beberapa persoalan,
seperti apa sebenarnya yang disebut “indah” itu? Dari mana sumber keindahan itu?
Bagaimana ekspresi manusia tentang keindahan? Inilah beberapa persoalan estetika.
Ada sebuah taman yang terlihat rindang dan sejuk. Didalamnya tumbuh beberapa tanaman
yang tampak subur dan hijau. Bunga yang berwarna-warni seakan menambah pesonataman
itu. Setiap orang yang yang melalui jalan di samping taman itu selalu terpesona
meihatnya. Sebagian mereka ada yang sekedar menikmatinya sambil jalan, sebagian
ada yang berhenti untuk sejenak refresing, bahkan ada yang sengaja mendekati dan
menikmati pemandangan itu. Keindahan taman itu telah memikat hati setiap orang
yang melihatnya. Tidak hanya kaum wanita, tetapi kaum pria; tidak hanya remaja,
tetapi orang tua dan anak-anak juga; tidak hanya dari suku-bangsa yang sama tetapi
suku-bangsa yang berbedas ekalipun; tidak hanya satu pemeluk agama, tetapi juga
dari pemeluk agama yang lain. Semuannya merasakan hal
yang sama:”Oh indahnya taman ini”. Maka dalam kajian estesika ditemukan beberapa
aliran seni sebagai wujud ekspresi terhadap keindahan, yaitu (1) aliran naturalis,
yaitu bentuk seni yang menekankan pada ekspresi alamiah; (2) aliran tradisional
yaitu ekspresiseni yang menekankan pada konservasi budaya dan tradisi serta biasanya
bercorak spiritualis; (3) aliran modern, yaitu ekspresi seni yang dalam banyak hal
dipengaruhi oelh budaya barat, yang biasanya bercorak rasional-artifisial (4)
aliran religious, yaitu bentuk seni sebagai ekspresi keagamaan, baik yang
menekankan pada aspek spiritual-religiusitas maupun tradisional-salafiah. Mungkin
masih banyak lagi aliran seni yang lain, bahkan aliran-aliran ini masih terbagi
dalam lagi dalam dalam beberapa aliran.
[1] Rasionalisme adalah aliran
filsafat yang mengajarkan bahwa sumber pengetahuan yang sejati adalah akal budi
rasio. Lihat: Mohammad Muslih, pengantar
Ilmu Filsafat,(Ponorogo, Darusssalam
University Press, 2008) hal. 40
Post a Comment